Rabu, 01 Juni 2011

Aplikasi Pemikiran Para Filsuf Yunani Klasik Pada Kegiatan Belajar Mengajar Di Kelas

klik judul untuk mendownload file lengkapnya

Sumber belajar pada dasarnya terdiri dari dua jenis yaitu sumber belajar yang dirancang (by design resources) dan sumber belajar yang dimanfaatkan (by utility resources). Berbagai benda yang terdapat di lingkungan dapat dikategorikan ke dalam jenis sumber belajar yang dimanfaatkan. Jenis sumber belajar yangdimanfaatkan ini jumlah dan macamnya jauh lebih banyak.
Namun demikian sebagian pendidik beranggapan bahwa media pembelajaran selalu berkaitan dengan peralatan elektronik atau peralatan canggih yang mahal harganya. Anggapan tersebut merupakan pandangan yang terlalu sempit terhadap makn media pembelajaran. Sesungguhnya, media pembelajaran sangat banyak jenis dan jumlahnya. Mulai dari jenis media yang paling sederhana dan murah, hingga jenis media yang canggih dan mahal. Ada media buatan pabrik, ada pula jenis media yang dapat dibuat sendiri oleh guru. Bahkan banyak pula jenis media yang telah tersedia di lingkungan sekitar kita yang langsung dapat kita gunakan untuk keperluan pembelajaran. Oleh karena itu, seharusnya tidak ada lagi guru yang enggan menggunakan media pembelajaran karena alasan ketiadaan biaya. Hal tersebut dikarenakan begitu banyak jenis media belajar yang dapat diperoleh secara mudah dan murah di sekitar kampus. Yang diperlukan adalah kemauan, kejelian dan kreativitas dalam memilih dan mendayagunakan potensi berbagai sumber dan media belajar yang ada di sekeliling kita termasuk didalamnya adalah pembelajaran tentang Sejarah Pendidikan Pada Masa Yunani.
Perlu sedikit dijelaskan Barat sangat berutang budi pada Yunani hampir semua aspek peradaban, berupa seni, sains, filsafat, etika, politik, kedokteran, matematika, dan pendidikan. Dari segi paham atau pandangan hidup yang berkembang di barat sejak Renaisans hingga sekarang, dapat dikatakan sama dan kelanjutan dari pandangan hidup orang-orang Yunani seperti pandangan rasionalisme, individualisme, emprisme, liberalisme, naturalisme, nativisme. (Syam, 2006: 3)
Dapat kita tebak bahwa Pendidikan Barat saat ini melalui para pakarnya banyak yang telah melahirkan pemikiran-pemikiran di dalam bidang pendidikan dan pengajaran seperti John Locke (aliran empirisme), Schopenhauer (aliran Nativisme), JJ Rousseau (aliran Naturalisme), William Stern (aliran Konvergensi) dan banyak aliran-aliran lainnya kiranya sangat dipengaruhi oleh pemikiran-pemikiran para filsuf Yunani klasik.
Pemikiran para filsuf Yunani klasik yang begitu menginspirasi para pakar pendidikan tersebut tak lepas dari nama-nama yang pasti sudah sangat kita hafal yakni Socrates, Aristoteles, Plato, serta Santo Agustinus. Mereka berempat menjadikan dunia pendidikan menjadi sangat praktis yakni ”Suatu proses atau perbuatan untuk memperoleh pengetahuan”. Bagaimana cara khas Socrates dalam memberikan ilmunya, bagaimana cara Plato mengembangkan ilmunya dalam lingkup sekolah (Akademi), serta bagaimana Aristoteles memberikan pencerahan bahwa semua masalah (stres) yang pernah kita alami pasti dapat kita pecahkan hanya dengan bertindak secara sadar.
Berkaitan dengan hal diatas sangat menarik kiranya jika kita dapat menemukan benang merah antara pemikiran para filsuf Yunani Klasik dengan ilmu pendidikan serta kemudian kita dapat mengaplikasikan pemikiran-pemikiran tersebut dalam kegiatan belajar mengajar di kelas.
Ilmu pendidikan disebut juga pedagogik yang merupakan terjemahan dari bahasa inggris yaitu ”pedagogics”. Pedagogics sendiri berasal dari bahasa Yunani yaitu pais yang artinya anak dan again yang artinya membimbing. Harahap dalam Sagala (2006, 2) mengemukakan pedagogik mempunyai dua arti yaitu: (1) praktek, cara seseorang mengajar dan (2) ilmu pengetahuan mengenai prinsip-prinsip dan metode mengajar, membimbing, dan mengawasi pelajaran.
Pendidikan menurut Charles E Silberman tidak sama dengan pengajaran, karena pengajaran hanya menitikberatkan pada usaha mengembangkan intelektualitas manusia sedangkan pendidikan berusaha mengembangkan seluruh aspek kepribadian dan kemampuan manusia, baik dilihat dari aspek kognitif[1], afektif[2], dan psikomotor[3]. Pendidikan mempunyai makna yang lebih luas dari pengajaran tetapi pengajaran merupakan sarana yang ampuh dalam menyelenggarakan pendidikan. (Sagala, 2006: 5).
Maka dari uraian diatas, tak salah jika kemudian kita dapat mendalami bagaimana model dan sistem pendidikan (Gambaran keilmuan) pada masa Yunani klasik, bagaimana pemikiran para filsuf Yunani, dan tentu saja bagaimana aplikasi dari para pemikir Yunani tersebut pada kegiatan belajar mengajar di kelas hanya dalam satu bendel modul ini.


[1] Kognitif merupakan kegiatan atau proses memperoleh pengetahuan (termasuk kesadaran, perasaan, dsb) atau usaha mengenali sesuatu melalui pengalaman sendiri.
[2] Afektif merupakan segala sesuatu yang mempengaruhi keadaan perasaan dan emosi seseorang
[3] Psikomotor merupakan segala sesuatu yang berhubungan dengan aktivitas fisik yang berkaitan dengan proses mental.




Untuk lebih lanjutnya…….
1.    Pastikan anda menjadi pengikut blog ini
2.    Kirim email ke: sangajimbojo@gmail.com atau ranggambojo@ymail.com
3.    Gabung di facebook dengan alamat email di atas

Tidak ada komentar:

Posting Komentar