Rabu, 01 Juni 2011

Intrik Politik Perebutan Hagemoni (Cina Pada Zaman Dinasti Han: 206 Sm-221 M)

klik judul untuk mendownload file lengkapnya

A.    Latar Belakang
Dalam wacana sejarah dunia, kawasan Asia Timur memiliki rentang sejarah panjang dan peninggalan peradaban yang sangat tinggi. Kawasan ini menjadi kiblat pertumbuhan dan perkembangan sejarah benua Asia yang terbentang menutupi separuh muka bumi ini. Peradaban yang muncul di kawasan ini bermuara pada peradaban Cina yang kemudian mewarnai khazanah sejarah Jepang dan Korea; baik Korea Utara maupun Korea Selatan. Cina, Jepang, dan Korea merupakan negara-negara yang cukup berpengaruh di kawasan Asia Timur, tidak saja dalam peradaban masa lalu, tetapi juga dalam peracaturan politik dan ekonomi tingkat regional dan internasional pada masa kini.
Sejarah membuktikan bahwa Cina merupakan sumber peradaban bagi banyak bangsa yang hidup di Asia Timur, seperti Korea, Jepang, dan Vietnam yang berada dalam lingkaran budaya Cina. Namun tidak sampai di sana saja pengaruh Cina, karena pancaran cahaya peradaban tersebut juga mencapai Tibet, Mongolia, Asia Tengah, dan Asia Tenggara.
Cina dikenal sebagai “negara seratus dinasti”. Disebut demikian karena dinasti yang pernah berkuasa di Cina selalu berganti-ganti dengan rentang waktu kekuasaan yang sangat bervariasi. Pergantian ini terjadi karena munculnya keyakinan bahwa seorang pemberontak yang melakukan pemberontakan terhadap seorang kaisar yang menyimpang dari kebenaran dan keadilan dianggap mendapat dukungan dari T’ien Ming (mandat dari langit). Dasar fundamental dari ideologi ini berpijak pada doktrin  T’ien Ming dan teori mandat dari langit (the teory decree of heaven). Jadi, sumber otoritas pemerintahan tertinggi adalah penguasa langit. Menurut teori kekuasaan itu penguasa tertinggi di bumi (yaitu raja atau kaisar Cina) mengemban amanah dari dewa tertinggi yang bersemayam di langit. Ia dalah manusia pilihan dari Tien Tzu atau putra langit (the son of heaven). Selama raja-raja atau kaisar dari suatu dinasti yang memerintah di Cina masih dipercaya untuk mengemban mandat dan otoritas dari langit, selama itu pula dinasti tersebut akan terus berdiri. (survive). Sebaliknya, apabila kelaliman dan tindakan tirani merajalela dalam kerajaan tersebut, mandat dan otoritas tersebut akan dicabut dan dipisahkan darinya, lau diberikan kepada orang lain yang dipilih kembali menjadi the son of heaven.
Tanda-tanda yang muncul dari pencabutan T’ien Ming itu berkaitan erat dengan prestasi, yakni munculnya gejala-gejala dan peristiwa-peristiwa yang menunjukkan keruntuhan dinasti. Lalu konsepsi dan indoktrinasi T’ien Ming dipindah-tangankan kepada pemimpin pemberontakan yang berhasil mendirikan dinasti baru yang kelak diangkat sebagai the son of heavenI. Catatan terpenting dari teori ini adalah adanya penegasan sebab-sebab pemindahan T’ien Ming itu. Apabila langit tidak menyukai pemerintahan yang melakukan tindakan tirani dan kezhaliman, langit akan memberi legitimasi dan menjustifikasi langkah pemberontakan  terhadap pemerintahan yang zhalim itu. Dalam hubungan dengan persoalan ini, ada anggapan bahwa doktrin T’ien Ming itu merupakan undang-undang dasar kerajaan dan dinasti yang pernah hadir di Cina. Dalam perjalanan sejarah dan peradaban Cina hingga abad dua puluh, mandat dan ototitas dari langit itu merupakan tradisi bagi kaum pemberontakan di Cina untuk mengunakan pola yang diserahi T’ien Ming. Dalam kaitan dengan masalah ini, gerakan revolusioner yang digagas dan digerakkan oleh Dr. Sut Yat Sen pun pernah menggunakan dengan sebutan “perhimpunan bagi pemindah tangan mandat” (the association for changing the decree).
Dari uraian di atas dan ditambah lagi dengan banyaknya keluarga/klan di Cina yang masing-masing ingin menempatkan keluarganya pada posisi tertinggi yang dapat dicapai dengan mendapatkan kursi kaisar dapat dipahami kiranya sebab sering terjadinya pergantian dinasti di Cina yang diwarnai oleh pemberontakan dan perebutan kekuasaan. Begitu pula dengan sejarah Cina semasa Dinasti Han (206 SM-221 M), banyak intrik-intrik politik yang terjadi dalam perebutan kekuasaan untuk memegang kendali pemerintahan, dan hal ini pula yang menjadi penyebab runtuhnya Dinasti Han pada 221 M, yang kemudian digantikan dengan Zaman Tiga Negara, bahkan kisah dari zaman tiga negara ini telah dinovel dan difilmkan. Hal ini mencerminkan bahwa Cina pada Zaman Dinasti Han ini memiliki kisah  yang sangat menarik terutama intrik-intrik politik untuk merebut kekuasaan pada masa kekuasaan  Dinasti Han. Pada masa ini kehidupan di Cina  diliputi oleh kesetiaan, penghianatan, pengorbanan, maupun keserakahan yang mewarnai kehidupan masyarakat terutama para pemegang keuasaan. Sehingga menarik kiranya bila kita mengkaji Cina pada Zaman Dinasti Han ini, dalam makalah dengan judul “Intrik Politik Perebutan Hagemoni (Cina Pada Zaman Dinasti Han: 206 Sm-221 M)”.
Mudah-mudahan makalah ini  sedikit banyak diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai salah satu bahan bacaan  bagi yang menaruh perhatian terhadap pertumbuhan dan perkembangan sejarah Cina, lebih khusus lagi pada Zaman Dinasti Han.

B.     Rumusan Masalah
1.       Bagaiamana sejarah berdirinya Dinasti Han?
2.       Bagaimana intrik politik yang terjadi dalam sejarah perkembangan Dinasti Han?
3.       Bagaimana proses runtuhnya kekuasaan Dinasti Han?

C.    Tujuan
1.       Memberikan gambaran tentang sejarah berdirinya Dinasti Han.
2.       Menguraikan intrik politik yang terjadi dalam sejarah perkembangan Dinasti Han.
3.       Menjelaskan proses runtuhnya kekuasaan Dinasti Han.




Untuk lebih lanjutnya…….
1.    Pastikan anda menjadi pengikut blog ini
2.    Kirim email ke: sangajimbojo@gmail.com atau ranggambojo@ymail.com
3.    Gabung di facebook dengan alamat email di atas

Tidak ada komentar:

Posting Komentar