Rabu, 01 Juni 2011

Penerapan Strategi Pemebelajaran Jigsaw untuk Meningkatkan Motivasi dan Prestasi Belajar Siswa

klik judul untuk mendownload file lengkapnya

A. Latar Belakang
Masalah pendidikan merupakan masalah yang kompleks, sehingga perlu adanya perhatian khusus dan peran berbagai pihak. Semua elemen masyarakat mempunyai tanggung jawab dalam meningkatkan kualitas pendidikan. Salah satu permasalahan pendidikan yang dihadapi oleh bangsa Indonesia adalah rendahnya mutu pendidikan dasar dan menengah. Sehingga dalam hal ini, lembaga pendidikan, guru, dan masyarakat (orang tua siswa), serta warga belajar khususnya, juga perlu menyelaraskan perekembangan ilmu pengetahuan dan tekhnologi dengan proses belajar.
Upaya meningkatkan kualitas pendidikan terus-menerus dilakukan baik secara konvensional maupun inovatif. Hal tersebut lebih terfokus lagi setelah diamanatkan bahwa tujuan pendidikan nasional adalah untuk meningkatkan mutu pendidikan pada setiap jenis dan jenjang pendidikan (Depdiknas: 2001 dalam Mulyasa, 2005:5). Berbagai usaha telah dilakukan untuk meningkatkan mutu pendidikan nasional, antara lain melalui berbagai pelatihan dan peningkatan kualifikasi guru, penyempurnaan kurikulum, pengadaan buku dan alat pelajaran, perbaikan sarana dan prasarana pendidikan serta mutu manajemen sekolah. 
Kualitas kehidupan bangsa sangat ditentukan oleh faktor pendidikan. Peran pendidikan sangat penting untuk menciptakan kehidupan yang damai, cerdas, terbuka, dan demokratis. Oleh karena itu pembaharuan pendidikan harus selalu dilakukan untuk meningkatkan kualitas pendidikan nasional. Dalam konteks pembaruan pendidikan, ada tiga isu utama yang perlu disoroti yaitu pembaruan kurikulum, peningkatan kualitas pembelajaran, dan efektivitas metode pembelajaran (Nurhadi, dkk, 2004:3). 
Kurikulum yang berkembang dewasa ini adalah Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan atau yang lebih dikenal dengan singkatan KTSP. Kurikulum ini dikembangkan sesuai dengan satuan pendidikan, potensi sekolah/ daerah, karakteristik sekolah/ daerah, sosial budaya masyarakat setempat dan karakteristik peserta didik (Mulyasa, 2007b:8). Pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan ini perlu didukung oleh pembelajaran yang kondusif  bagi terciptanya suasana yang aman, nyaman, dan tertib sehingga proses pembelajaran dapat berlangsung dengan tenang dan menyenangkan. Suasana yang demikian akan mendorong terwujudnya proses pembelajaran yang aktif, kreatif, efektif, dan bermakna yang lebih menekankan pada belajar mengetahui (learning to know), belajar berkarya (learning to do), belajar menjadi diri sendiri (learning to be), dan belajar hidup bersama secara harmonis (learning to live together). Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan ini hadir sebagai upaya untuk menyempurnakan kurikulum sebelumnya yaitu Kurikulum 2004 atau yang lebih dikenal dengan Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK). 
Selama ini hasil pendidikan hanya tampak dari kemampuan siswa menghafal fakta-fakta. Walaupun banyak siswa yang mampu menghafal dengan baik terhadap materi yang diterimanya. Tetapi kenyataannya mereka seringkali tidak memahami secara mendalam terhadap materi yang telah diberikan. Terutama sekali hal tersebut seringkali terjadi pada mata pelajaran sejarah yang dari kebanyakan orang beranggapan bahwa bidang studi sejarah adalah berupa hafalan dan membosankan. Sejarah masih dianggap pelajaran yang membosankan hal ini dikarenakan antara lain karena di kelas guru masih menggunakan pendekatan/ metode pembelajaran konvensional, sehingga peran siswa terutama hanya sebatas mendengar, mencatat, menghapal.
Sejauh ini pendidikan kita masih didominasi oleh pandangan bahwa pengetahuan sebagai perangkat fakta-fakta yang harus dihapal terutama bidang studi sejarah. Kelas masih berfokus pada guru sebagai sumber utama pengetahuan, kemudian ceramah menjadi pilihan utama strategi belajar. Kebanyakan dari guru-guru sejarah menggunakan metode ceramah yang berpijak pada teori belajar behaviorisme oleh karena itu kelas menjadi tidak produktif. Sehari-hari kelas diisi dengan ceramah, sementara siswa harus menerima dan menghapal. Ceramah dianggap sebagai metode dan teknik pengajaran yang tidak inovatif, akan tetapi dalam kegiatan apapun sebenarnya ceramah dapat digunakan, asal saja kita tahu kapan seharusnya ceramah itu digunakan. Artinya dalam situasi dan kondisi tertentu, ceramahlah yang paling efektif dan efisien digunakan (Ismain, 1991:39).
Berbagai macam pendekatan pembelajaran yang telah diterapkan oleh guru di kelas sangat memegang peranan penting agar dapat tercapai tujuan pembelajaran. Pendekatan pembelajaran yang dipilih hendaknya dapat menciptakan rasa nyaman bagi siswa ketika proses belajar mengajar berlangsung sehingga siswa dapat lebih mudah memahami materi yang telah disampaikan oleh guru serta terampil dalam menemukan sendiri tentang konsep-konsep materi pelajaran. Selain itu siswa juga harus dapat diarahkan pada kegiatan yang dapat mendorong keaktifannya. Oleh karena itulah guru harus dapat memilih pembelajaran yang tepat agar dapat mengaktifkan interaksi antara siswa dengan guru, siswa dengan siswa, serta siswa dengan lingkungannya. Oleh karena itulah salah satu cara untuk memperbaiki kualitas pendidikan adalah dengan mengembangkan pengajaran yang terpilih, yang didasarkan atas kemampuan individual siswa.
Dalam mengatasi masalah ini penerapan strategi pembelajaran jigsaw dapat menjadi salah satu jalan keluarnya. Pembelajaran  jigsaw merupakan salah satu strategi pembelajaran kooperatif yang dirancang agar siswa mempelajari suatu konsep melalui kerja kelompok. Dalam jigsaw, terdapat kelompok asal dan kelompok ahli yang bertanggung jawab untuk mencapai tujuan pembelajaran (Nurhadi, dkk, 2004).
Strategi pembelajaran jigsaw ini telah diteliti pada beberapa sekolah. Berdasarkan hasil penelitian Sulistiani (2008), penerapan strategi pembelajaran jigsaw diketahui dapat meningkatkan keterampilan metakognitif, kemampuan berpokir, dan pehaman konsep siswa kelas 2 SMP. Selain itu, menurut Astutik (2006), penerapan pembelajaran kooperatif jigsaw dapat meningkatkan aktifitas dan hasil belajar siswa. Sedangkan menurut Muniroh (2005), hasil penelitiannya juga menunjukkan bahwa penerapan strategi pembelajaran jigsaw dapat meningkatkan Academic Life Skill dan prestasi belajar siswa.
Alasan pemilihan strategi pembelajaran kooperatif jigsaw  karena strategi ini mempunyai banyak keunggulan, membuata kelompok ahli menjadi pemilik informasi yang unik, yang tidak dimiliki anggota kelompok lainnya, sehingga dalam pembelajarannya mudah dipelajari, menyenangkan menggunakannya di kelas, dapat digabung dengan strategi pembelajaran lain dan hasilnya efektif. Selain itu dapat juga meningkatkan  rasa tanggung jawab terhadap pembelajaran sendiri dan juga pembelajaran orang lain. Siswa tidak hanya mempelajari materi yang diberikan tetapi juga harus siap memberikan dan mengajarkan materi tersebut pada anggota kelompoknya. Dengan demikian, siswa saling tergantung dan memiliki rasa tanggung jawab antara satu siwa dengan siswa lainnya, dan harus bekerja sama secara kooperatif untuk mempelajari materi yang ditugaskan. Dari paparan tersebut diharapakan dengan adanya penerapan strategi pemebelajaran jigsaw mampu meningkatkan motivasi dan prestasi belajar siswa.
Dalam penelitian ini penulis memilih SMA Negeri 1 Kota Bima sebagai lokasi penelitian. SMA Negeri 1 Kota Bima merupakan satu-satunya sekolah yang mulai dikembangkan sebagai sekolah berstandar internasional (SBI) yang dijadikan contoh oleh sekolah-sekolah lain khususnya di Bima, baik di wilayah kota maupun kabupaten dan merupakan sekolah favorit. Dari segi kualitas maupun fasilitas SMA Negeri 1 Kota Bima relatif baik dibanding dengan sekolah-sekolah lainnya.
Dari hasil wawancara dengan guru mata pelajaran sejarah di sekolah ini, diperoleh gambaran bahwa pemeblajaran yang dilakukan oleh guru masih cenderung teacher centered. Guru masih berperan lebih banyak dalam proses pembelajaran dibandingkan dengan siswanya, yang ditunjukkan dengan masih dominannya adalah penggunaan metode ceramah. Dalam kegiatan pembelajaran siswa hanya mencatat penjelasan dari guru. Penggunaan metode ceramah cenderung menyebabkan siswa pasif dalam belajar. Pemebelajran yang kurang melibatkan siswa secara langsung akan menghasilkan persepsi, motivasi, dan sikap yang kurang responsive.
Selain penggunaan metode ceramah, pembelajaran juga menggunakan penugasan. Setelah selesai pembelajaran guru hanya memberikan tugas dan siswa mengerjakan soal-soal tersebut. Namun ternyata ini menimbulkan permasalahan baik bagi guru maupun siswa karena prestasi belajar siswa yang kurang optimal. Permasalahan tersebut memotivasi guru untuk mengembangkan kegiatan pembelajaran yaitu menggunakan  diskusi. Namun metode pembelajaran dengan diskusi jarang dilakukan karena pada saat diskusi banyak siswa yang masih bicara sendiri sehingga kelas tidak terkontrol. Masih banyak siswa yang tidak terlibat aktif  baik dalam proses diskusi maupun secara keseluruhan dalam proses pembelajaran. Siswa kurang terlatih dalam mengajukan pertanyaan. Siswa terlihat bersikap pasif dan malas-malasan dalam belajar. Selain itu pemahaman siswa akan pelajaran sejarah juga masih kurang.
Hal tersebut akan mengakibatkan siswa kurang dapat mengembangkan potensi serta kemampuan yang dimiliki oleh siswa. Jika hal ini dibiarkan terus maka motivasi siswa untuk belajar akan terus berkurang bahkan akan menyebabkan prestasi belajar siswa pelajaran sejarah akan menurun dan tidak optimal. Hal tersebut mendorong peneliti untuk menggunakan pembelajaran sejarah dengan strategi pembelajaran jigsaw. Berdasarkan pengamatan tersebut, peneliti menemukakan beberapa masalah antara lain adalah yang berkaitan dengan motivasi dan prestasi belajar yaitu bagaimana caranya untuk dapat meningkatkan motivasi dan prestasi belajar siswa terhadap mata pelajaran sejarah serta mengharapkan siswa dapat berfikir kritis, kreatif serta aktif. Hasil belajar atau prestasi belajar pada umumnya akan meningkat apabila motivasi belajar juga meningkat. Oleh karena itu perlu diusahakan bagaimana meningkatkan motivasi belajar siswa agar dapat mencapai prestasi belajar yang optimal.
Berdasarkan pertimbangan di atas, maka penulis berusaha untuk melakukan penelitian dengan judul “Penerapan Strategi Pembelajaran Jigsaw untuk Meningkatkan Motivasi dan Prestasi Belajar Siswa Dalam Mata Pelajaran Sejarah Kelas X SMA Negeri 1 Kota Bima”.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang tersebut rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1.      Apakah ada pengaruh penerapan strategi pembelajran jigsaw terhadap peningkatan motivasi belajar siswa pada pembelajaran sejarah  X 6 di SMA Negeri 1 Kota Bima?
2.      Apakah ada pengaruh penerapan strategi pembelajaran jigsaw terhadap peningkatan  prestasi belajar siswa pada mata pelajaran sejarah X 6 di SMA Negeri 1 Kota Bima?

C. Tujuan Penelitian 
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka penelitian ini mempunyai tujuan, antara lain:
1.      Mendeskripsikan pengaruh penerapan strategi pembelajran jigsaw terhadap peningkatan motivasi belajar siswa pada pembelajaran sejarah kelas X 6 di SMA Negeri 1 Kota Bima
2.      Mendeskripsikan pengaruh penerapan strategi pembelajaran jigsaw terhadap peningkatan  prestasi belajar siswa pada mata pelajaran sejarah X 6 di SMA Negeri 1 Kota Bima.




Untuk lebih lanjutnya…….
1.    Pastikan anda menjadi pengikut blog ini
2.    Kirim email ke: sangajimbojo@gmail.com atau ranggambojo@ymail.com
3.    Gabung di facebook dengan alamat email di atas

Tidak ada komentar:

Posting Komentar