Rabu, 01 Juni 2011

Quantum Learning

klik judul untuk mendownload file lengkapnya

 Quantum Learning ialah kiat, petunjuk, strategi, dan seluruh proses
belajar yang dapat mempertajam pemahaman dan daya ingat, serta membuat
belajar sebagai suatu proses yang menyenangkan dan  bermanfaat. Beberapa
teknik yang dikemukakan merupakan teknik meningkatkan kemampuan diri yang
sudah populer dan umum digunakan. Suasana belajar yang efektif diciptakan
melalui campuran antara lain unsur-unsur hiburan, permainan, cara berpikir
positif, dan emosi yang sehat. Quantum Learning merupakan model pembelajaran
yang dikemas Boby DePorter yang diilhami dari konsep kepramukaan,
sugestopedia, dan belajar melalui berbuat. Polanya  terangkum dalam konsep
TANDUR, yakni Tumbuhkan, Alami, Namai, Demonstrasikan, Ulangi, dan
Rayakan. Sementara itu, Quantum Learning merupakan konsep untuk pembelajar
agar dapat menyerap fakta, konsep, prosedur, dan prinsip sebuah ilmu dengan cara
cepat, menyenangkan, dan berkesan.
Menurut DePorter (2002:54) dalam pembelajaran Quantum Learning ada
5 ciri spesifik yang berguna untuk meningkatkan otak untuk memahami suatu
informasi yang diberikan. Ciri-ciri tersebut adalah:
1.  Learning To Know yang artinya belajar untuk mengetahui
2.  Learning To Do yang artinya belajar untuk melakukan
3.  Learning To Be yang artinya belajar untuk menjadi dirinya sendiri
4.  Learning To Live Together yang artinya belajar untuk kebersamaan
Adapun prinsip-prinsip dasar dari Quantum Learning  adalah sebagai
berikut:
1.  Belajar melibatkan Modeluruh pikiran dan tubuh.. Belajar tidak hanya
menggunakan “otak” (sadar, rasional, memakai “otak kiri”, dan verbal), tetapi
juga melibatkan Modeluruh tubuh/pikiran dengan segala emosi, indra, dan
sarafnya.
2.  Belajar adalah berkreasi bukan mengonsumsi. Pengetahuan bukanlah sesuatu
yang diserap oleh pembelajar, melainkan sesuatu yang diciptakan pebelajar.
Pembelajaran terjadi ketika seorang pebelajar memadukan pengetahuan dan
keterampilan baru ke dalam struktur dirinya sendiri yang telah ada. Belajar
secara harfiah adalah menciptakan makna baru, jaringan saraf baru, dan pola
interaksi elektrokimia baru di dalam system otak/tubuh secara menyeluruh.
3.  Kerja sama membantu proses belajar. Semua usaha belajar yang baik
mempunyai landasan sosial. Kita biasanya belajar lebih banyak dengan
berinteraksi dengan kawan-lawan daripada yang kita pelajari dengan cara lain
mana pun. Persaingan di antara pebelajar memperlambat pembelajaran. Kerja
sama di antara mereka mempecepatnya. Suatu komunitas belajar Selalu lebih
baik hasilnya daripada beberapa indivisu yang belajar sendiri-sendiri.
4.  Pembelajaran berlangsung pada banyak tingkatan secara simultan. Belajar
bukan hanya menyerap satu hal kecil pada satu waktu semata linear,
melainkan menyerap banyak hal sekaligus. Pembelajaran yang baik
melibatkan orang pada banyak tingkatan secara simultan (sadar dan bawah
sadar, mental dan fisik) dan memanfaatkan Modeluruh saraf reseptor, indera,
jalan dalam sistem total otak/tubuh seseorang. Bagaimanapun juga, otak
bukanlah professor berurutan, melainkan prosesor paralel, dan otak akan
berkembang pesat jika ia ditantang untuk melakukan banyak hal sekaligus.
5.  Belajar berasal dari mengerjakan pekerjaan itu sendiri (dengan umpan balik).
Belajar paling baik adalah belajar dalam konteks. Hal-hal yang dipelajari
secara terpisah akan sulit diingat dan mudah menguap. Kita belajar berenang
dengan berenang, cara mengelola sesuatu dengan mengelolanya, cara
bernyanyi, cara menjual dengan menjual, dan cara memperhatikan kebutuhan
konsumen dengan memperhatikan kebutuhannya. Pengalaman yang nyata dan
konkret dapat menjadi guru yang jauh lebih baik daripada sesuatu yang
hipotetis dan abstrak – asalkan di dalamnya tersedia peluang untuk terjun
langsung secara total, mendapatkan umpan balik, merenung dan menerjunkan
diri kembali.
6.  Emosi positif sangat membantu pembelajaran. Perasaan menentukan kualitas
dan juga kuantitas belajar seseorang. Perasaan negatif menghalangi belajar.
Perasaan positif mempercepatnya. Belajar yang penuh tekanan, menyakitkan,
dan bersuasana murah tidak dapat mengungguli hasil  belajar yang
menyenangkan, santai, dan menarik hati.
7.  Otak menyerap informasi secara langsung dan otomatis. Sistem saraf manusia
lebih merupakan prosesor citra daripada prosesor kata. Gambar konkret jauh
lebih mudah ditangkap dan disimpan daripada abstraksi verbal.
Menerjemahkan abstraksi verbal menjadi berbagai jenis gambar konkret akan
membuat abstraksi verbal itu bisa lebih cepat dipelajari dan lebih mudah
diingat (Dave Meier, 2002)
Quantum Learning menggabungkan sugestologi, teknik  pemercepatan
belajar dan NLP dengan teori, keyakinan dan metode  sendiri. Termasuk di
antaranya konsep-konsep kunci dari berbagai teori dan strategi belajar yang lain,
sepeti:
1.  Teori otak kanan/otak kiri
2.  Teori otak triune (3 in 1)
3.  Pilihan modalitas (visual, auditorial, kinestetik)
4.  Teori kecerdasan ganda
5.  Pendidikan holistic (menyeluruh)
6.  Belajar berdasarkan pengalaman
7.  Belajar dengan simbol (metaphorik learning)
8.  Simulasi/permainan.
Dalam kegiatan belajar di kelas,  “Quantum Learning” menggunakan
berbagai macam metode ceramah,  tanya jawab, diskusi, demonstrasi, kerja
kelompok, eksperimen, dan metode pemberian tugas. Menurut Surachmad dalam
Sunaryo (2001: 3), metode ceramah bermanfaat untuk mengetahui fakta  yang
sudah diajarkan dan proses pemikiran yang telah diketahui serta untuk
merangsang siswa agar mempunyai keberanian dalam mengemukakan pertanyaan,
menjawab atau mengusulkan pendapat. Metode demonstrasi membantu siswa
dalam memahami proses  kerja suatu alat atau pembuatan sesuatu, membuat
pelajaran menjadi lebih jelas dan lebih konkret serta
menghindari verbalisme, merangsang siswa untuk lebih aktif mengamati dan
dapat mencobanya sendiri. Metode kerja kelompok akan membuat siswa aktif
mencari bahan untuk menyelesaikan tugas dan menggalang kerjasama dan
kekompakan dalam kelompok. Metode eksperimen membantu siswa untuk
mengerjakan sesuatu, mengamati prosesnya dan mengamati hasilnya, membuat 
siswa percaya pada kebenaran kesimpulan percobaannya  sendiri. Metode
pemberian tugas akan membina siswa untuk mencari  dan mengolah sendiri
informasi dan komunikasi serta dapat membantu siswa untuk mengembangkan
kreativitasnya.
Metode yang telah dikemukakan di atas tidak ada yang sempurna bila
berdiri sendiri, sehingga harus digunakan secara bergantian untuk saling
melengkapi kekurangan-kekurangan yang ada. Penggunaan berbagai metode
penyajian pelajaran secara bergantian akan membuat  siswa menikmati kegiatan
belajarnya dan tidak merasakan belajar yang monoton, serta perbedaan
karakteristik pada siswa dapat terlayani dengan baik.
Menurut Eggen dan Kauchak yang dikutip oleh Sunaryo (2001: 1) siswa
belajar secara efektif bila  siswa secara aktif terlibat dalam pengorganisasian
penemuan pertalian-pertalian dalam informasi yang   dihadapi. Siswa dikatakan
aktif  jika ikut serta mempersiapkan pelajaran, gembira dalam belajar, mempunyai
kemauan dan kreativitas dalam belajar, keberanian menyampaikan gagasan dan
minat, sikap kritis dan ingin tahu, kesungguhan bekerja sesuai dengan prosedur,
pengembangan penalaran induktif dan pengembangan penalaran deduktif.
Adapun langkah-langkah yang dapat diterapkan dalam  pembelajaran
melalui konsep Quantum Lerning dengan cara:
1)  Kekuatan Ambak
Ambak adalah motivasi yang didapat dari pemilihan secara mental antara manfaat
dan akibat-akibat suatu keputusan (De Potter dan Hernacki 2001: 49). Motivasi
sangat diperlukan dalam belajar karena dengan adanya motivasi maka keinginan
untuk belajar akan selalu ada. Pada langkah ini siswa akan diberi motivasi oleh
guru dengan memberi penjelasan tentang manfaat apa  saja setelah mempelajari
suatu materi.
2)  Penataan lingkungan belajar
Dalam proses belajar dan mengajar diperlukan penataan lingkungan yang dapat
membuat siswa merasa betah dalam belajarnya, dengan penataan lingkungan
belajar yang  tepat juga dapat mencegah kebosanan dalam diri siswa.
3)  Memupuk sikap juara 
Memupuk sikap juara perlu dilakukan untuk lebih memacu dalam belajar siswa,
seorang guru hendaknya jangan segan-segan untuk memberikan pujian pada siswa
yang telah berhasil dalam belajarnya, tetapi jangan pula mencemooh siswa yang
belum mampu menguasai materi. Dengan memupuk sikap  juara ini siswa akan
lebih dihargai.
4)  Bebaskan gaya belajarnya
Ada berbagai macam gaya belajar yang dipunyai oleh siswa, gaya belajar tersebut
yaitu: visual, auditorial dan kinestetik. Dalam Quantum Learning guru hendaknya
memberikan kebebasan dalam
belajar pada siswanya dan janganlah terpaku pada satu gaya belajar saja. 
5)  Membiasakan mencatat
Belajar akan benar-benar dipahami sebagai aktivitas kreasi ketika sang siswa tidak
hanya bisa  menerima, melainkan bisa mengungkapkan  kembali apa yang
didapatkan menggunakan bahasa hidup dengan cara dan ungkapan sesuai gaya
belajar siswa itu sendiri. Hal tersebut dapat dilakukan dengan memberikan
simbol-simbol atau gambar yang mudah dimengerti oleh siswa itu sendiri, simbol-
simbol tersebut dapat berupa tulisan.
6)  Membiasakan membaca
Salah satu aktivitas yang cukup penting adalah membaca. Karena dengan
membaca akan menambah perbendaharaan kata, pemahaman, menambah
wawasan dan daya ingat akan bertambah. Seorang guru hendaknya membiasakan
siswa untuk membaca, baik buku pelajaran maupun buku-buku yang lain.
7)  Jadikan anak lebih kreatif
Siswa yang kreatif adalah siswa yang ingin tahu, suka mencoba dan senang
bermain. Dengan adanya sikap kreatif yang baik siswa akan mampu menghasilkan
ide-ide yang segar dalam belajarnya.
8)  Melatih kekuatan memori anak
Kekuatan memori sangat diperlukan dalam belajar  anak, sehingga anak perlu
dilatih untuk mendapatkan kekuatan memori yang baik.
Penyediaan pengalaman belajar Peter Sheal (Pusat Kurikulum, 2002),
yaitu: Kita belajar 10% dari apa yang kita baca, 20% dari apa yang kita dengar,
30% dari apa yang kita lihat, 50% dari apa yang kita lihat dan dengar, 70% dari 
apa yang kita katakan, dan 90% dari apa yang kita katakan dan lakukan. Hal ini
menunjukkan bahwa jika kita mengajar dengan banyak ceramah, maka siswa akan
mengingat 20% karena siswa hanya mendengarkan. Sebaliknya, jika guru
meminta siswa untuk melakukan sesuatu dan melaporkannya, maka mereka akan
mengingat sebanyak 90%. Sewaktu merencanakan pembelajaran guru sebaiknya
berpikir dari bawah. Kerucut Pengalaman Belajar “Apa yang harus dilakukan
siswa?”. Jika tidak mungkin, bergerak ke atas, “Apa yang harus dijelaskan
siswa?”. Demikian seterusnya, yang akhirnya, dengan sangat terpaksa, kita
merencanakan,“Apa yang harus didengarkan atau dibaca siswa?”
Pembelajaran  Quantum Learning lebih mengutamakan keaktifan peran
serta siswa dalam berinteraksi dengan situasi belajarnya melalui panca inderanya
baik melalui penglihatan, pendengaran, perabaan, penciuman dan pengecapan,
sehingga hasil penelitian Quantum Learning terletak pada modus berbuat yaitu
Katakan dan Lakukan, dimana proses pembelajaran Quantum Learning
mengutamakan keaktifan siswa, siswa mencoba mempraktekkan media melalui
kelima inderanya dan kemudian melaporkannya dalam laporan praktikum dan
dapat mencapai daya ingat 90%. Semakin banyak indera yang terlibat dalam
interaksi belajar, maka materi pelajaran akan semakin bermakna. Selain itu dalam
proses pembelajaran perlu diperdengarkan musik untuk mencegah kebosanan
dalam belajarnya. Pemilihan jenis musik pun harus diperhatikan, agar jangan
musik yang diperdengarkan malah mengganggu konsentrasi belajar siswa.



Untuk lebih lanjutnya…….
1.    Pastikan anda menjadi pengikut blog ini
2.    Kirim email ke: sangajimbojo@gmail.com atau ranggambojo@ymail.com
3.    Gabung di facebook dengan alamat email di atas

Tidak ada komentar:

Posting Komentar